Kamis, 16 Juni 2016

SEGMENTASI PASAR BERDASARKAN DEMOGRAFI TERHADAP PRODUK MOBIL NISSAN PADA PT.WAHANA WIRAWAN MANADO



Judul penelitian :
SEGMENTASI PASAR BERDASARKAN DEMOGRAFI TERHADAP PRODUK MOBIL NISSAN PADA PT.WAHANA WIRAWAN MANADO
Penulis                                 :  Hari Wahyudi
Nama jurnal                         :  Jurnal EMBA Vol.1 No.3 Juni 2013 hal.302-310
Tahun terbit                          :  2013

Latar belakang                   :
                                Persaingan untuk memasarkan produk perusahaan saat ini sangat ketat. Persaingan tersebuttidak hanya pesaing bisnisdi bidang jasa atau pelayanan tetapi dalam bidang manufaktur /industry salah satu bentuknya adalah usaha penjualan mobil diantaranya PT. Wahana irawan Manadoy yang melakukan usahanya dalam penjualan mobil Nissan . makin banyaknya persaingan perusahaan mobil menimbulkan persaingan yang sangat ketat.  Karena itu perusahaan yang unggul saat ini perusahaan yang berhasil memahami atau mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen.
                                Kemampuan perusahaan menganalisis demografi sangat diperlukan oleh setiap perusahaan . meskipun  segmentasi pasar tidak senantiasa dipengerahui oleh demografi namun dalam perusahaan yang melakukan penjualan mobil dalam hal menganalisis segmentasi pasar yang senantiasa dipengaruhi oleh demografi maka tingkat umur atau usia seseorang.  PT.Wahana Wirawan mendistribusikan produk mobil Nissan didaerah Sulawesi utara yaitu : manado,minahasa,bitung,bolmong,dan gorontalo volume penjualan perusahaan lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel. 1.1
Tabel 1.1 Penjualan Mobil Nissan yang di distribusikan ke Sulawesi Utara.

Daerah

2008

2009

2010

2011

Manado
Minahasa
Bitung
Bolmong
Gorontalo

307
73
49
67
55
123
29
19
24
24
176
38
31
42
28
404
96
64
88
72
jumlah
615
247
352
808
Sumber : PT. Wahana iraan Manado Tahun 2008-2011
Tabel diatas memberikan gambaran bahwa volume penjualan dari tiap daerah mengalami kenaikan. Walaupun Nampak kenaikan tersebut tidak dalam bentuk trend karena bila dibandingkan dengan penjualan nya kelihatan nya bahwa terjadi fluktuasi ini disebabkan karena  distribusi kendaraan  PT.Wahana wiraan berbeda Tabel di atas memberikan gambaran bahwa volume penjualan dari tiap-tiap daerah mengalami kenaikan walaupun nampak kenaikan tersebut tidak dalam bentuk trend karena bila dibandingkan dengan penjualannya kelihatannya bahwa terjadi fluktuasi ini disebabkan karena distribusi kendaraan PT. Wahana Wirawan berbeda- beda. Hal ini terlihat jelas pada volume penjualan tahun 2011, Manado mengalami kenaikan penjualan sebesar 404 unit, Minahasa, volume penjualannya sebesar 96 Unit, Bitung volume penjualan sebesar 64, Bolaang Mongondow volume penjualannya sebesar 88, Gorontalo penjualannya sebesar 72 dan informasi data hasil volume penjualan tahun 2001 menggambarkan pembagian distribusi penjualan tidak merata, hal ini menunjukkan adanya penerapan strategi segmentasi pasar, dengan tujuan untuk meningkatkan pasar yang ada pada pasar yang ditargetkan. 

Tujuan penelitian                             :
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana analisis segmentasi pasar berdasarkan demografis efektif dalam proses pemilhan konsumen pada mobil Nissan.

Metode penelitian                          :
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, sekumpulan data yang bersifat angka angka atau bilangan menyangkut tanggapan responden dalam hubungan dengan segmentasi pasar berdasarkan demografi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden konsumen yang melakukan pembelian Mobil Nisan pada PT. Wahana Wirawan Manado. Data Sekunder adalah data yang telah tersedia pada perusahaan yang menjadi obyek penelitian atau diperoleh dari pihak lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Populasi penelitian berjumlah 808 (jumlah mobil terjual sama dengan jumlah orang yang membeli mobil Nisan, responden sebanyak sebanyak 320 orang. Metode pengambilan sampel menggunakan Teknik purposive sampling. Sampel dipilih konsumen dengan karakteristik tertentu yang diketahui, dengan tujuan untuk mendapatkan dan menjamin keakuratan penelitian.
Metode Analisa
Metode analisa yang dipakai metode analisa Uji Kai Kuadrat X2 (Singaribun, 1989:282) dengan rumus : ( nanti disi)
 X2 =   ∑ (fo-ft) 2
                         Ft
 X2 = Kai Kuadrat
Fo = Frekuensi yang diperoleh dari hasil survey
Ft = Frekuensi yang diharapkan / frekuensi teoritis
Hasil X2 dibandingkan dengan X2 (K – 1) (b – 1), bila X2 hitung lebih besar a (k – 1) (b – 1), maka penelitian ini diterima. Alasan digunakan uji X2 adalah:
  1. Uji X2 dapat mengelompokkan secara independent dan pada setiap variable yang akan diteliti.
  2. Uji X2 dapat digunakan untuk penelitian untuk sampel kecil yang tidak sama besar
  3. Skala data yang di uji dalam bentuk kategorial
Langkah langkah yang dipakai dalam analisa ini
    1. Mengelompokkan jawab responden (data) ke dalam suatu table konfigurasi.
    2. Menentukan taraf signifikansi, mis: digunakan a = 0,01
    3. Menentukan kriteria pengujian hipotesis penelitian X2 = >2 a (Kumparan 1) (b – 1)
    4. Menentukan frekuensi yang diharapkan, dengan notasi : Ftax = Ka X Bx T
Yaitu :
Ftax = frekuensi pada otak dengan baris a dan kolom x Ka = jumlah pada baris a
Bx = jumlah pada baris x
T = jumlah sampel total
Pengujian Hipotesa
Adapun rumusan hipotesa dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :
Tingkat Umur:
Ho : Diduga bahwa segmentasi pasar berdasarkan tingkat umur tidak memiliki hubungan yang signifikan
terhadap pemilihan produk yang dihasilkan.
Ha : Diduga bahwa segmentasi pasar tingkat umur disesuaikan dengan pemilihan produk Mobil Nissan
yang dihasilkan.
Tingkat pendapatan:
Ho : Diduga bahwa segmentasi pasar berdasarkan tingkat pendpatan tidak memiliki hubungan yang
signifikan terhadap pemilihan produk Mobil Nissan yang dihasilkan.
Ho : Diduga bahwa segmentasi pasar berdasarkan tingkat pendapatan memiliki hubungan yang
signifikan terhadap pemilihan produk yang dihasilkan.
Tingkat Pendidikan:
Ho : Diduga bahwa segmentasi pasar berdasarkan tngkat pendidikan tidak memiliki hubungan yang  signifikan terhadap pemilihan produk yang dihasilkan.

Ha : Diduga bahwa segmentasi pasar berdasarkan tingkat pendidikan memiliki hubungan yang signifikan terhadap pemilihan produk yang dihasilkan.


 Hasil Penelitian                       :
PT. Wahana Wirawan Manado dalam menjalankan kegiatan pemasarannya menggunakan lembaga perantara penyalur khusus dan pedagang besar serta pengecer untuk menyalurkan produknya sampai ke konsumen sasaran. Kebijakan saluran distribusi yang ditempuh perusahaan dalam usaha mendistribusikan dan memasarkan produk, dengan melalui :
1.      Saluran Satu Tingkatan (One Level)
PT. Wahana wirawan manado à Pengecer à Konsumen
Pihak perusahaan menggunakan lembaga perantara pengecer untuk dapat mencapai konsumen sasaran.
2.      Saluran Dua Tingkatan (Two Level)
PT. Wahana wirawanàPedagang BesaràPengeceràKonsumen
Pihak perusahaan menggunakan lembaga perantara pedagang besar untuk mencapai pengecer hingga samapi pada konsumen sasaran.
3.      Saluran Tiga Tingkatan (Three level)
PT. Wahana wirawan
à Penyalur Khusus à Pedagang Besar à Pengecer à Konsumen
Pihak perusahaan menggunakan penyalur khusus dengan pembelian dalam skala kuantitas yang besar. Pedagang besar sebagai perantara yang meneruskan ke pengecer dan konsumen sasaran sebagai pemakai akhir. Hal ini dilaksanakan khusus untuk wilayah pemasaran Manado, Bolmong, Minahasa, Gorontalo, dan Bitung. Adapun kebijakan promosi yang diterapkan sebagai strategi oleh PT. Wahana Wirawan, meliputi : 






 Hasil Penelitian           :
PT. Wahana Wirawan Manado dalam menjalankan kegiatan pemasarannya menggunakan lembaga perantara penyalur khusus dan pedagang besar serta pengecer untuk menyalurkan produknya sampai ke konsumen sasaran. Kebijakan saluran distribusi yang ditempuh perusahaan dalam usaha mendistribusikan dan memasarkan produk, dengan melalui :
1.      Saluran Satu Tingkatan (One Level)
PT. Wahana wirawan manado à Pengecer à Konsumen
Pihak perusahaan menggunakan lembaga perantara pengecer untuk dapat mencapai konsumen sasaran.
2.      Saluran Dua Tingkatan (Two Level)
PT. Wahana wirawanàPedagang BesaràPengeceràKonsumen
Pihak perusahaan menggunakan lembaga perantara pedagang besar untuk mencapai pengecer hingga samapi pada konsumen sasaran.
3.      Saluran Tiga Tingkatan (Three level)
PT. Wahana wirawan
à Penyalur Khusus à Pedagang Besar à Pengecer à Konsumen
Pihak perusahaan menggunakan penyalur khusus dengan pembelian dalam skala kuantitas yang besar.
Pedagang besar sebagai perantara yang meneruskan ke pengecer dan konsumen sasaran sebagai pemakai akhir. Hal ini dilaksanakan khusus untuk wilayah pemasaran Manado, Bolmong, Minahasa, Gorontalo, dan Bitung. Adapun kebijakan promosi yang diterapkan sebagai strategi oleh PT. Wahana Wirawan, meliputi : 
1.      Periklanan (Advertising), baik melalui media cetak seperti, majalah mingguan dan bulanan, surat kabar, spanduk, papan reklame, stiker dan poster muapun media non cetak (elektronik).
2.      Promosi Penjualan, merupakan aktivitas dan atau bahan yang bertindak sebagai perangsang langsung, yang menawarkan nilai tambah atau intensif untuk produk tertentu, kepada pihak yang menjual kembali.
3.      Penjualan Tatap Muka, merupakan persentasi lisan dalam suatu porses percakapan dengan memberikan berbagai informasi melalui interaksi komunikasi langsung secara personal, dengan tujuan penjualan dalam suatu situasi pertukaran. Dalam hal ini menggunakan tenaga sales promotion .
4.      Publisitas, sebagai pendorong permintaan yang menggunakan jasa komersial didalam media massa, dimana sponsor tidak dibebani sejumlah bayaran secara langsung.
5.      Pemasaran langsung, kegiatan pemasaran interaktif yang dilakukan satu atau lebih media periklanan dan pameran untuk mendapatkan respon yang terukur dalam suatu transaksi.



Perkembangan  volume penjualan  dalam  satuan unit produk  terjual  untuk kurun waktu empat  tahun terakhir.  Unit  produk  yang  dimaksud  dalam pelaksanaan  penelitia merupakan  keseluruhan permintaan  aktual akan produk Mobil  Niisan yang  didistribusikan  PT. Wahana, dinyatakan  dalam satuan unit. Total volume penjualan produk Mobil Nissan PT. Wahana, menunjukkan  arah  peningkatan. Pada tahun  2008 total volume  penjualan  sebesar  628 tahun 2009 total volume penjualan  sebesar 247 dengan peningkatan sebesar 38,21%. Tahun 2009 total volume penjualan  sebesar 352 tahun  dengan peningkatan  sebesar 21.62% sedangkan  tahun  2011 mengalam i peningkatan  volume  penjualan sebesar  808  atau  peningkatan  sebesar  80.69%. dengan  demikian  volume penjualan  Mobil  Nisan berfluktuasi  dengan  kecenderungan  terjad i peningkatan  volume  penjualan  mobil  Nisan  pada  PT. Wahana wirawan manado.

Referensi :









                                                                              

KAJIAN PENANDAAN ANGGARAN PERUBAHAN IKLIM : STUDI KASUS PROVINSI SUMATERA SELATAN.



Judul penelitian           : KAJIAN PENANDAAN ANGGARAN PERUBAHAN IKLIM : STUDI  KASUS PROVINSI SUMATERA SELATAN.

Penulis                         :  Joko Tri Haryanto & Riri Mairizal Chaidir

Nama Jurnal                :  Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol.25 No.2 Agustus 2014 Hal.89-101

Tahun Terbit                :  2014



Latar belakang : 

Sebagai tindak lanjut dari pernyataan komitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), Pemer- intah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk penurunan emisi GRK (RAN-GRK). Perpres ini merupakan acuan utama aksi-aksi mitigasi yang dilaksanakan oleh semua tingkat pemerintahan. Perpres ini juga mewajibkan Pemerintah Provinsi di Indonesia untuk mengembangkan Rencana Aksi Dae- rah (RAD) untuk penurunan emisi GRK (RAD-GRK), yang berisi aksi-aksi untuk menurunkan emisi GRK di tingkat kabupaten/kota.   Kementerian Perencanaan Pembangunan Na- sional (Bappenas), melalui Sekretariat RAN GRK, terus memantau perkembangan upaya untuk mencapai target penurunan emisi. Proses pemantauan dan evalu- asi perlu didukung oleh informasi alokasi anggaran pemerintah dan realisasi belanja yang dikeluarkan untuk mencapai target tersebut, khususnya yang tercan- tum dalam RAN-GRK. Dengan demikian, pengambil keputusan akan mengetahui berapa besar dana yang telah dikeluarkan untuk mencapai target tersebut, mengkaji biaya untuk mencapai target penurunan emisi dan memprioritaskan aksi-aksi untuk penurunan emisi serta manfaat sosial dan lingkungan lainnya. Selain itu, pengambil keputusan akan mendapatkan informasi mengenai bagaimana cara terbaik untuk   mengalokasikan sumber daya keuangan dan dari mana saja sumber-sumber finansial tambahan yang perlu dimobilisasi untuk mewujudkan komitmen tersebut. Sejalan dengan upaya yang dilakukan di tingkat nasional, pemerintah dengan difasilitasi oleh Sekre- tariat RAN GRK, telah mendukung penyusunan Ren- cana Aksi Daerah (RAD) GRK pada tingkat Provinsi. Hingga saat ini 33 provinsi telah menyelesaikan Peraturan Gubernur (Pergub) tentang ketentuan RAD GRK nya. Khusus untuk Provinsi Sumatera Selatan, Pergub RAD GRK sudah disahkan dengan Peraturan Gubernur Nomor 34 Tahun 2012 tanggal 5 Oktober 2012.
Untuk dapat merealisasikan komitmen ini, pemerintah daerah tentu membutuhkan alokasi ang- garan secara tepat guna mengurangi emisi karbon. Oleh karena itu, penting untuk menentukan cara terbaik dalam mengalokasikan budget terkait dengan mitigasi perubahan iklim. Untuk memastikan hal tersebut, pemerintah sekiranya perlu melakukan suatu kajian terkait dengan pembentukan sistem penelusuran pengeluaran terkait mitigasi perubahan iklim. Sistem tersebut nantinya akan terdiri dari sistem penandaan (tagging) dan pembobotan anggaran (marking) terha- dap pengeluaran mitigasi perubahan iklim di tingkat nasional, yang juga disebut Sistem Penandaan dan Pembobotan Anggaran Rendah Emisi(LESS). Dalam praktiknya, penyusunan sistem pen- andaan anggaran tersebut belum tersosialisasikan ke berbagai elemen di pemerintahan daerah. Selain itu, persoalan sistem penganggaran yang ada belum dapat dipastikan apakah mampu mendukung terlak- sananya kegiatan pendanaan anggaran khususnya di level Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Untuk itulah sekiranya kajian ini diperlukan dalam menentukan kesiapan pelaksanaan sistem pendanaan anggaran di APBD. Kajian ini dlakukan dengan tujuan mengembangkan sebuah sistem yang dapat menelusuri, memantau, dan melaporkan pengeluaran mitigasi perubahan iklim. Sistem ini nantinya akan menandai kode-kode anggaran sesuai dengan aksi-aksi mitigasi perubahan iklim untuk mengidentifikasi dan melaporkan besarnya alokasi dan realisasi pengeluaran pemerintah dalam melaksanakan aksi-aksi mitigasi.


Metode penelitian : 

Penandaan anggaran adalah suatu aktivitas yang bertu- juan untuk mengembangkan sebuah sistem yang dapat menelusuri, memantau, dan melaporkan pengeluaran mitigasi perubahan iklim. Sistem ini akan menandai mata anggaran sesuai dengan aksi-aksi mitigasi pe- rubahan iklim untuk mengidentifikasi dan melaporkan besarnya alokasi dan realisasi pengeluaran pemerintah terkait aksi-aksi mitigasi (UNEP, 2013). Sistem terse- but akan melengkapi sistem monitoring, evaluasi, dan pelaporan yang telah dikembangkan oleh Bappenas untuk menelusuri kemajuan pencapaian target penu- runan GRK oleh Indonesia.  Beberapa tahapan dalam mengembangkan sistem penandaan pengeluaran mitigasi perubahan iklim adalah sebagai berikut
 1) mengembangkan defi- nisi dan kriteria berdasarkan Perpres No. 61 Tahun 2011 serta wacana yang berkembang secara nasional maupun internasional tentang berbagai jenis kegiatan mitigasi perubahan iklim. Definisi ini akan memung- kinkan K/L untuk mengklasifikasikan unit-unit angga- ran menjadi pengeluaran mitigasi;
 2) mengidentifikasi jenis pengeluaran mitigasi perubahan iklim di tingkat nasional berdasarkan definisi dan kriteria yang diusul- kan. Kegiatan-kegiatan yang saat ini belum tercantum dalam Perpres No. 61 Tahun 2011 tetapi mendorong upaya penurunan emisi juga telah diidentifikasi;
 3) mengkaji sistem pengelolaan keuangan dan akuntansi pemerintah untuk memahami prosedur administrasi dalam mengembangkan sistem penandaan mitigasi perubahan iklim. Kajian tersebut meliputi pemerik- saan klasifikasi pengeluaran pemerintah serta proses perencanaan dan penganggaran. Pembahasan yang terperinci mengenai proses perencanaan dan pengang- garan disampaikan dalam laporan MFF1;
 4) membahas opsi-opsi desain sistem penandaan mitigasi perubahan iklim melalui beberapa diskusi kelompok fokus dengan Badan Kebijaan Fiskal (BKF) Direktorat Jenderal Ang- garan (DJA) dan Bappenas serta sektor-sektor terkait; dan
 5) hasil kajian digunakan untuk mengembangkan naskah akademik sebagai dasar pengembangan peraturan yang diperlukan untuk menetapkan sistem penandaan pengeluaran mitigasi perubahan iklim. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 61 tahun 2011, pasal 1


 6) mitigasi perubahan iklim adalah usaha pengendalian untuk mengurangi risiko akibat perubahan iklim melalui kegiatan yang dapat menurunkan emisi/meningkatkan penyerapan GRK dari berbagai sumber emisi. Ter- dapat dua kelompok kegiatan dalam upaya melakukan mitigasi, yaitu kegiatan inti dan kegiatan pendukung.  Kegiatan inti adalah kegiatan yang berdampak lang- sung pada penurunan emisi GRK dan penyerapan GRK. Kegiatan pendukung adalah kegiatan yang tidak berdampak langsung pada penurunan emisi GRK tetapi mendukung pelaksanaan kegiatan inti.Secara umum, beberapa contoh klasifikasi kegiatan mitigasi perubahan iklim yang dilaksanakan di Indonesia dapat dikelompokkan dalam Tabel 1 berikut:  Pada tahun 2020, Indonesia telah berkomit- men untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 26% dengan menggunakan sumber dayanya


Hasil penelitian : 

RAD GRK Provinsi Selatan yang disahkan dengan Peraturan Gubernur Nomor 34/2012 tertanggal 5 Ok- tober 2012 menetapkan Rencana Aksi Mitigasi dangan pelaksana berbagai unit kerja baik tingkat provinsi, maupun Kabupaten dan Kota. Kegiatan tersebut dike- lompokkan menjadi 3 (tiga) bidang, yaitu 1) Kelompok Bidang Berbasis Lahan;
 2) Kelompok Bidang Energi
 3) Kelompok Bidang Pengelolaan Limbah. Ketiga Bidang tersebut dibagi atas 17 (tujuh belas) kegiatan dengan 9 unit pelaksana sebagai berikut:
Walaupun hasil tagging diharapkan mem- berikan gambaran terhadap kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan GRK, namun – sebagaimana yang dinyatakan dalam tujuan tagging di atas terdapat Batasan sebagai berikut
1) lingkup kegiatan yang dilakukan penandaan adalah kegiatan yang dibiayai dengan APBD Provinisi, sedangkan dalam prakteknya suatu program bisa saja memperoleh pendanaan dari berbagai tingkatan pemerintahan, termasuk Pemerintah dan Pemerintah
 2) pada waktu SKPD menyusun ang- garannya, belum ada pedoman untuk menghitung dan mengkuantifikasikan dampak setiap kegiatan terhadap GRK. Para Pemangku Kepentingan menyadari bahwa kegiatan tersebut berpengaruh kepada GRK, namun tidak dilakukan perhitungan atau kuantifikasi dampak- nya
 3) beberapa kegiatan yang tercantum dalam APBD bisa berdampak langsung terhadap GRK, berdampak tidak langsung atau gabungan, sehingga dalam laporan inipun tidak dilakukan pemisahan tentang hal tersebut; dan
 4) tagging memberikan gambaran tentang besar dana yang digunakan, tetapi tagging tidak dimaksud- kan sebagai semacam audit ataupun investigasi atas besaran output ataupun kebenaran (appropriatness) dari jumlah realisasi dana yang dilaporkan. Sebagaimana disampaikan pada bagian 4 laporan ini, didalam RAD dicantumkan 3 Bidang yang keselu- ruhannya mencakup 17 Kegiatan yang dilaksanakan 
Referensi :